nama : Tony Iskandar
kelas : PGSD A
Pendekatan
Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim,
Puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya.
Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak merasa kesulitan.
Salawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang setia sampai akhir
zaman.
Makalah yang berjudul “Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia” ini, disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Strategi Pembelajaran
Bahasa
Indonesia di FKIP UNMA Banten. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak,
tetapi tidak luput dari kendala yang begitu banyak.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis, Amin yarobbal ‘alamiin.
Pandeglang, April 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR ………………………………...
i
DAFTAR
ISI……………………………………………
ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang …………….……………………….
1
B.
Rumusan
Masalah…………………………………..
2
C.
Tujuan
Penulisan…………………………………..
2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendekatan
……………………………
3
B.
Jenis-Jenis Pendekatan
…………………………..
4
C.
Langkah -
Langkah Menetapkan Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Serta
Manfaatnya
……………..
19
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
…………………………………………
21
B.
Saran……………………………………………….
21
DAFTAR
PUSTAKA
………………………………………..
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada dua pendapat yang bertentangan di
tengah pengajaran bahasa Indonesia. Di satu sisi, banyak keluhan yang
dilontarkan oleh masyarakat terhadap penguasaan bahasa Indonesia si anak didik.
Keluhan itu terutama karena si anak didik dianggap kurang mampu menggunakan
bahasa Indonesia baik secara lisan maupun secara tertulis. Di sisi lain, di
sebagian siswa / mahasiswa mengatakan pembelajaran bahasa Indonesia sangat
membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang
menarik sehingga secara tidak langsung siswa/ mahasiswa menjadi lemah dalam
penangkapan materi (Haris, 2008).
Salah satu keberhasilan suatu
pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran tersebut. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dan
guru harus cermat dalam memilih pendekatan mana yang cocok digunakan untuk lingkungannya.
Anthony (dalam Ramelan, 1982)
mengatakan bahwa pendekatan mengacu pada seperangkat asumsi yang saling
berkaitan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan
dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara
lain asumsi menganggap bahasa sebagai kebiasaan, ada pula yang menganggap
bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan , dan ada
lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah.
Pendekatan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia dipandang sesuai dengan seperangkat asumsi yang saling berkaitan,
yakni pendekatan kontekstual, pendekatan komunikatif, pendekatan terpadu, dan
pendekatan proses. Menurut Aminuddin (1996) pendekatan merupakan seperangkat
wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan berpikir dalam
menentukan metode, strategi, dan prosedur dalam mencapai target hasil tertentu
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian dari pendekatan pembelajaran itu?
2.
Apa sajakah
macam dari pendekatan pembelajaran tersebut?
3.
Bagaimana
langkah-langkah dan manfaat pendekatan tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian dari pendekatan.
2.
Mengetahui
macam dari pendekatan pembelajaran.
3.
Mengetahui
langkah-langkah serta manfaat dari pendekatan itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan
Pendekatan menurut Edwar M.Anthoni, 1963 adalah
seperangkat asumsi korelatif yang menangani hakikat bahasa, pengajaran bahasa
dan pembelajaran bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatik. Metode merupakan
rencana keseluruhan penyajian bahasa secara rapi, tertib, yang tidak ada
bagian-bagiannya yang berkontradiksi dan kesemuanya itu didasarkan pada
pendekatan terpilih. Metode bersifat prosedural. Di dalam satu pendekatan
mungkin terdapat banyak metode. Teknik merupakan suatu muslihat, tipu daya dalam menyajikan
bahan. Teknik harus sejalan dengan metode dan serasi dengan pendekatan. Teknik
bersifat implementasi.
Richards & Rodgers,1986 menyempurnakan pendapat Anthoni.
Mereka menambahkan peran guru, siswa bahan, tujuan silabus dan tipe kegiatan
dan pengajaran pada segi metode, sehingga muncul istilah desain atau
rancang-bangun.istilah teknik diganti dengan istilah prosedur.
Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangakat
asumsi mengenai hakikat bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa.
Menurut Tarigan (1989) Pendekatan adalah seperangkat korelatif yang menangani
teori bahasa dan teori pemerolehan bahasa. Sedangkan menurut Djunaidi (1989)
Pendekatan merupakan serangkaian asumsi yang bersifat hakikat bahasa,
pengajaran bahasa dan belajar bahasa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).
B.
Jenis-Jenis Pendekatan
Berikut murupakan macam- macam
pendekatan pengajaran bahasa, di antaranya adalah:
1. Pendekatan
Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh
pemikiran, bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan
dan ditetapkan lebih dahulu adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana
yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar
tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar
ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu
sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan ialah “Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman
atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang
penting ialah tercapainya tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan
dengan “cara belajar tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu
kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari
jumlah siswa yang mengikuti pelajaranitu menguasai minimal 75% dari bahan ajar
yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes
sumatif. Jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau
dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka
pembelajaran dapat dianggap berhasil.
2. Pendekatan
Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah
satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang
menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran
bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa
atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan
pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi,
mofologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat,
pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan
menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
3. Pendekatan
Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah
suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa
secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Jadi dapat
diartikan bahwa pendekatan ketrampilan proses dalam
pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses meliputi keterampilan
intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Keterampilan proses
berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep.
Konsep yang telah ditemukan atau
dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi
antara pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam proses
belajar mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya
terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang
rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan
sebagainya.
Keterampilan proses dibangun sejumlah
keterampilan-keterampilan. Karena itu pencapainnya atau pengembangannya
dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran.
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri. Karena itu dalam
penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan ini merupakan
pemberian/menumbuhkan kemampuan-kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan,
pengalaman, dan kemampuan yang meliputi beberapa kemampuan seperti:
a. Kemampuan mengamati
Merupakan salah satu ketrampilan yang sangat penting untuk
memperoleh pengetahuan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalm
pengembangan ilmu pengetahuan. Pengamatan dilaksanakan denagan memanfaatkan
seluruh panca indara yang mungkin bias digunakan untuk memperhatikan hal-hal
yang diamati. Kemudian, mencatat apa yang diamati, memilih-milih bagiannya
berdasarkan criteria tertentu berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah
hasil pengamatan dan menulis hasilnya.
b. Kemampuan menghitung
Salah satu kemapuan yang penting dalm
kehidupan sehari-hari.
c. Kemampuan mengukur
Dasar dari pengukuran ini adalah perbandingan. Dalam
penajaran apresiasi sastra misalnya, kegiatan pengukuran dapat berupa telaah
(kajian lebih dalam) terhadap suatu karya sastra denagan menggunakan kriteria
nilai-nilai estetika, moral, dan nilai pendidikan.
d. Kemampuan mengklasifikasi
Merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan
sesuatu yang berupa benda, akta, informasi, dan gagasan.. pengelompokan ini
didasarkan pada karakteristik atau cirri-ciri yang sama dalam satu tujuan.
Dalam pembelajan bahasa Indonesia, kemampuan ini misalnya berupa kemampuan
membedakan antara opini dan fakta dalam suatu wacana dan mengelompokkan karya
sastra berdasarkan cirri strukturnya.
e. Kemampuan menemukan hubungan
Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah fakta, informasi,
gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kemampuan ini diwujudkan dalam kemampuan
siswa menentukan hubungan antara fakta yang terdapat dalam bacaan untuk
membangun pemahaman kritis dan kreatif terhadap bacaan.
f. Kemampuan membuat
prediksi
Kemampuan membuat prediksi atau perkiraan yang didasari
penalaran, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Kemampuan membuat prediksi disebut juga kemampuan menyusun
hipotesis.
g. Kemampuan melaksanakan
penelitian
Merupakan kegiatan para ilmuan dalam
kehidupan ilmiah. Namun dalam kehidupan sehari-hari kita juga perlu mengadakan
penelitian. Artinya, mengadakan pengkajian terhadap sesuatu untuk memecahkan
masalah yang kita hadapi.
Merupakan bagian dari kemampuan menagdakan penelitian. Siswa
perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data, baik dalam penelitian
kuantitatif maupun kualitatif. Anak-anak dilatih untuk mengumpulkan data dalam
pengamatan lapangan, kemudian meganalisis data tersebut dan membuat kesimpulan.
i. Kemampuan
mengkomunikasikan hasil
Misalnya siswa dilatih untuk menyusun laporan hasil
pengamatan, kemudian mempresentasikannya didepan kelas dalm sebuah kegiatan diskusi.
Selain itu, siswa di latih untuk menyusun laporan singkat tentang apa yang
mereka teliti untuk dipublikasikan melalui majalah sekolah atau majalah
dinding.
Keterampilan proses berkaitan dengan kemampuan. Oleh
karena itu penerapan keterampilan proses diletakkan dalam kompetensi dasar.
Keterampilan proses juga dikenali pada instruksi yang disampaikan oleh guru
kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu.
Contoh: Kompetensi Dasar: Siswa dapat
menyusun sebuah pengumuman sebagai sarana menyampaikan informasi (keterampilan
proses yang tersirat dalam kompetensi dasar adalah mengkomunikasikan).
4. Pendekatan Whole
Language
Whole language adalah
satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara
utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990; Goodman,1986;
Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan
pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang
terlibat dalam pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian
dari whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran
bahasa yang didasari oleh paham constructivism.Whole language dimulai
dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan
keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan
secara terpadu.
Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan
komponen whole language:
a) Reading Aloud
Reading aloud adalah
kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat
menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan
membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang benar sehingga setiap siswa
dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Manfaat yang didapat dari reading
aloud antara lain meningkatkan keterampilan menyimak,memperkaya
kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting
adalah menumbuhkan minat baca pada siswa.
b) Jurnal Writing
Salah satu cara yang dipandang cukup
efektif untuk meningkatkan keterampilan siswa menulis adalah dengan
mengimplementasikan pembelajaran menulis jurnal atau menulis informal. Melalui
menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan
kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Banyak manfaat
yang diperoleh dari menulis jurnal antara lain:
- Meningkatkan kemampuan menulis
- Meningkatkan kemampuan membaca
- Menumbuhkan keberanian menghadap risiko
- Memberi kesempatan untuk membuat refleksi
- Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi
- Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis
- Meningkatkan kemampuan berpikir
- Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis
- Menjadi alat evaluasi
- Menjadi dokumen tertulis
c) Sustained
Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah
kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan siswa. Siswa dibiarkan untuk memilih
bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sendiri sehingga mereka dapat
menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin
menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga
memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Pesan yang ingin disampaikan kepada
siswa melalui kegiatan ini adalah:
a.
Membaca adalah
kegiatan penting yang menyenangkan
b.
Membaca dapat
dilakukan oleh siapapun
c.
Membaca berarti
kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut
d.
Siswa dapat
membaca serta dapat berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama
e.
Guru percaya
bahwa siswa memahami apa yang mereka baca
f.
Siswa dapat
berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah kegiatan
SSR berakhir
d) Shared Reading
Shared Reading adalah
kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, dimana setiap orang mempunyai
buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah
maupun di kelas tinggi. Disini guru lebih berperan sebagai model dalam membaca.
Ada beberapa cara melakukan kegiatan
ini:
a.
Guru membaca
dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah)
b.
Guru membaca
dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku
c.
Siswa membaca
bergiliran
Maksud kegiatan ini adalah:
a.
Sambil melihat
tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru membaca sebagai
model
b.
Memberikan
kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya
c.
Siswa yang
masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh membaca yang benar
e) Guided
Reading
Guided reading disebut
juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca
terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri,
tetapi lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua
siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan
yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman.
f) Guided
Writing
Guided Writing atau
menulis terbimbing, peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa
menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas,
sistematis, dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur,
sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Contoh kegiatan ini seperti
memilih topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit yang dilakukan sendiri
oleh siswa.
g) Independent
Reading
Independent Reading atau
membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berkesempatan untuk
menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebasmerupakan bagian
integral dari whole language. Dalam independent reading,
siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun
berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang
pengamat, fasilitator, dam pemberi respon.
h) Independent
Writing
Independent Writing atau
menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan
kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Siswa mempunyai
kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung
jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk independent
writing antara lain menulis jurnal dan menulis respons.
Ciri-ciri kelas whole language
Ada tujuh ciri yang menandakan
kelas whole language:
- Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan (dinding, pintu, dan furniture).
- Siswa belajar melalui model atau contoh. Disini guru berperan sebagai model, guru menjadi contoh perwujudan bentuk aktivitas berbahasa yang ideal.
- Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
- Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran.
- Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran bermakna.
- Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen
- Siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru maupun temannya.
Penilaian dalam kelas whole language
Di dalam kelas whole language,
guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal
selama pembelajaran berlangsung guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan,
berdiskusi baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Penilaian juga
berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi, alat penilaiannya
seperti observasi dan catatan anecdote. Selain penilaian informal, penilaian
dilakukan dengan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa
selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa dapat
terlihat secara otentik.
5. Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan konstektual merupakan suatu
konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan
persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan
dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya.
Kontekstual merupakan strategi
pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, konstektual
dikebangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan
bermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah
kurikulum dan tatanan yang ada. Dalam pendekatan ini dilibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik.
Definisi yang mendasar tentang
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari
proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memcahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Johnson (dalam Nurhadi, 2004:13-14)
mengungkapakan bahwa karakteristik pendekatan kontekstual memiliki delapan
komponen utama yaitu:
- Memiliki hubungan yang bermakna
- Melakukan kegiatan yang signifikan
- Belajar yang diatur sendiri
- Bekerja sama
- Berfikir kritis dan kreatif
- Mengasuh dan memelihara pribadi peserta didik
- Mencapai standar yang tinggi
- Menggunakan penilaian autentik.
·
Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Langkah-langkah penerapan kontekstual
di kelas yaitu sebagai berikut:
a.
Mengembangkan
pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan bertanya (komponen konstruktivisme)
b.
Melaksanakan
kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan (komponen
inkuiri)
c.
Mengembangkan
sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya (komponen bertanya)
d.
Menciptakan
masyarakat belajar, kerja kelompok (komponen masyarakat belajar)
e.
Menghadirkan
model sebagai contoh pembelajaran (komponen pemodelan)
f.
Melakukan
refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka
belajar sesuatu (komponen refleksi)
g.
Melakukan
penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara (komponen asesmen
autentik)
6. Pendekatan
Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu
pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan
pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran
empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis),
mengakui dan menghargai saling ketergantungan bahasa.
Pendekatan komunikatif merupakan
pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa
dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran
bahasa. Jadi pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan
kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan produktif
maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas
dari konteks.
Ciri-ciri utama pendekatan pembelajaran
komunikatif ada dua kegiatan yang saling berkaitan yakni adanya
kegiatan-kegiatan:
1) Komunikasi Fungsional
Terdiri atas empat yakni: mengolah
informasi, berbagi dan mengolah informasi, berbagi informasi dengan
kerja sama terbatas, dan berbagi informasi dengan kerja sama tak terbatas.
2) Kegiatan yang sifatnya interaksi
sosial.
Terdiri dari 6 hal yakni: improvisasi,
lakon-lakon pendek yang lucu, aneka simulasi (bermain peran), dialog dan
bermain peran, siding-sidang konversasi dan diskusi, serta berdebat.
Ciri-ciri pendekatan pembelajaran
komunikatif, Menurut Brumfit dan Finocchiaro ciri-ciri pendekatan komunikatif
yaitu:
1.
Makna merupakan
hal yang terpenting
2.
Percakapan
harus berpusat di sekitar fungsi komunikatif dan tidak dihafalkan secara normal
3.
Kontekstualisasi
merupakan premis pertama
4.
Belajar bahasa
berarti belajar berkomunikasi
5.
Komunikasi
efektif dianjurkan
6.
Latihan atau
drill diperbolehkan
7.
Ucapan yang
dapat dipahami diutamakan
8.
Setiap alat
bantu peserta didik diterima dengan baik
9.
Segala upaya
untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal
10.
Penggunaan
bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang layak
11.
Terjemaah
digunakan jika diperlukan peserta didik
12.
Membaca dan menulis
dapat dimulai sejak awal
13.
Sitem bahasa
dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi
14.
Komunikasi
komunikatif merupakan tujuan
15.
Variasi
linguistik merupakan konsep inti dalam materi dan metodologi
16.
Urutan
ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna untuk memperkuat
minat belajar
17.
Guru mendorong
peserta didik agar dapat bekerja sama dengan menggunakan bahasa itu
18.
Bahasa
diciptakan oleh peserta didik melalui mencoba dan mencoba
19.
Kefasihan dan
bahasa yang berterima merupakan tujuan utama
20.
Peserta didik
diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kelompok atau pasangan,
lisan dan tulis
21.
Guru tidak bisa
meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta didiknya.
22.
Motivasi intrinsik
akan timbul melalui minat terhadap hal-hal yang dikomunikasikan.
Pendekatan komunikatif berorientasi
pada proses belajar-mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi.
Prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus terdiri dari bahasa
sebagai alat komunikasi, b) desain materi harus menekankan proses
belajar-mengajar dan bukan pokok bahasan, dan c) materi harus memberi dorongan
kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar ( Siahaan dalam Pateda,
1991:86).
Dalam pendekatan komunikatif, yang
menjadi acuan adalah kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa. Pendekatan
komunikatif berusaha membuat si terdidik memiliki kecakapan berbahasa. Dengan
sendirinya, acuan pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi bahasa dan bukan
tata bahasa. Dengan kata lain, tata bahasa disajikan bukan sebagai tujuan
akhir, tetapi sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi.
Strategi belajar-mengajar dalam
pendekatan komunikatif didasarkan pada cara belajar siswa/mahasiswa aktif, yang
sekarang dikenal dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara
belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing
(1854—1952) (lihat Pannen, dkk.2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote
learning ‘belajar dengan menghafal’. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning
by doing, yaitu siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan /
siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar.Ø Strategi
Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Pendekatan Komunikatif.
Strategi merupakan sebuah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Beberapa komponen yang
terdapat dalam strategi adalah:
a) Tujuan
Untuk mengembangkan kompetensi
komunikatif para pembelajar bahasa yang mencakup kemampuan menafsirkan bentuk-bentuk
linguistik.
b) Materi
Menurut Tarigan(dalam
Solchan,dkk.2001:6.42) ada tiga jenis materi yang di pakai dala pembelajaran
bahasa denagn pendekatan komunikatif yakni materi yang berdasarkan teks, materi
berdasarkan tugas, dan meteri berdasarkan realita.
c) Metode
d) Teknik
e) Media
Media pembelajaran yang sering kita
kenal adalah replika,gambar, duplikat, planel, kertas karton, radio, video,
dsb.
f) Evaluasi
Dalam pembelajaran bahasa sebenarnya
ada tiga tes yang dapat di gunakan yaitu tes distrik, tes integratif, dan tes
pragmatik. Namun pada pendekatan konunikatif, tes yang cocok untuk di gunakan
adalah tes integratif dan tes pragmatif. Yang termasuk tes integratif: menyusun
kalimat, menafsirkan wacana yang dibaca atau didengar, memahami bacaan yang
didengar atau dibaca. Dan menyusun kalimat yang disediakan. Sedangkan yang
termasuk tec pragmatif: dikte, berbicara, paraphrase, dan menjawab
pertanyaan.
7. Pendekatan
CBSA
· Pengertian
pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif )
Pengertian CBSA dapat diartikan sebagai
anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengotimalisasian pelibatan
intelektual-emosianal siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik
siswa apabila diperlukan.
Pelibatan intelektual-emosional/ fisik
siswa optimalisasi dalam pembelajran , diarahkan untuk membelajarkan siswa
bagaimana belajar memperoleh dan memproses pemerolehan belajarnya tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Keaktifan dalam pendekatan CBSA
menunjuk kepada keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional, meskipun
untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan
keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
· Konsep dan
Prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
merupakan istilah yang bermakna sama dengan Student Active Learning (SAL).
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran termasuk bahasa Indonesia dan bahasa
indonesia, CBSA bukanlah hal yang baru. Bahkan beberapa teori menunjukkan bahwa
CBSA merupakan tuntutan logis dari hakikat pembelajaran yang sebenarnya. Hampir
tidak mungkin terjadi proses pembelajaran yang tidak memerlukan keterlibatan
siswa di dalamnya.
Sebagai suatu konsep, CBSA adalah suatu
proses pembelajaran yang subjek didiknya terlibat secara fisik,
mental-intelektual, maupun sosial dalam memahami ide-ide dan konsep-konsep
pembelajaran (Ahmadi, 1991). Dengan kata lain, arah pembelajaran CBSA mengacu
pada siswa atau “student oriented” yang bermakna pembentukan sejumlah
keterampilan untuk membangun pengetahuan sendiri baik melalui proses asimilasi
maupun akomodasi. Dalam proses pembelajaran yang seperti ini, siswa dipandang
sebagai objek dan sekaligus sebagai subjek.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa CBSA adalah salah satu strategi pembelajaran yang menuntut
aktivitas atau partisipasi peserta didik seoptimal mungkin sehingga mereka
mampu mengubah tingkah lakunya dalam proses internalisasi secara lebih efektif
dan efisien.
Ada beberapa prinsip belajar yang dapat
digunakan dalam menunjang tumbuhnya CBSA di dalam pembelajaran (Ahmadi, 1991),
yaitu:
a. motivasi belajar siswa,
Motivasi belajar merupakan prinsip
utama dalam CBSA. Tanpa adanya motivasi, hasil belajar yang dicapai siswa tidak
akan optimal. Oleh karena itu, peranan guru dalam mengembangkan motivasi
belajar ini sangat diperlukan sekali. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam CBSA, antara lain melalui
penggunaan metode atau cara belajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan
informasi, menggunakan media dan alat bantu yang bervariasi, memberikan
pertanyaan-pertanyaan pengiring atau pelacak, dan lain-lain.
b. pengetahuan prasyarat,
Bahasa indonesia bersifat hirarkis.
Untuk menguasai suatu materi atau topik bahasa indonesia, peserta didik harus
menguasai terlebih dahulu materi-materi sebelumnya yang terkait baik langsung
maupun tidak langsung dengan materi yang akan dipelajari tersebut. Oleh karena
itu, tugas guru adalah menyelidiki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
yang telah dimiliki siswa untuk mempelajari suatu materi. Dengan cara demikian,
siswa akan lebih siap untuk memahami materi yang akan dipelajarinya
c. tujuan yang akan dicapai,
Pembelajaran yang terencana dengan baik
akan memberikan hasil yang baik pula. Perencanaan pembelajaran ini biasanya
diwujudkan dalam perumusan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan inilah
yang menjadi pedoman bagi guru dalam menentukan keluasan dan kedalaman materi.
d. hubungan sosial,
Dalam belajar siswa perlu dilatih untuk
bekerja sama dengan teman-temannya agar konsep-konsep yang sulit dipahami oleh
siswa secara mandiri akan menjadi lebih mudah jika dipelajari secara
berkelompok. Latihan bekerja sama ini juga bermanfaat dalam proses pembentukan
kepribadian siswa terutama sikap sosialnya.
e. belajar sambil bekerja,
Pada hakikatnya anak belajar sambil
bekerja. Semakin banyak aktivitas fisik siswa, akan semakin berkembang pula
kemampuan berpikir siswa. Apa yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yang banyak
melibatkan aktivitas fisiknya, akan lebih lama mengendap dalam memori siswa.
Siswa akan bergembira dalam belajar apabila diberi kesempatan yang
sebanyak-banyaknya dalam bekerja. Oleh karena itu, prinsip belajar sambil
bekerja ini merupakan prinsip yang paling banyak mewarnai CBSA.
f. perbedaan individu,
Setiap anak memiliki karakteristik
tersendiri, misalnya dalam kemampuan, kebiasaan, minat, latar belakang
keluarga, dan lain-lain. Dalam pembelajaran, guru sebaiknya dapat memperhatikan
perbedaan individu pada anak didiknya. Guru tidak boleh memperlakukan semua
anak dengan cara yang sama, walaupun tidak semua perbedaan anak dapat
diakomodasi.
g. menemukan,
Menemukan merupakan prinsip yang harus
banyak mewarnai CBSA. Dalam CBSA, siswa harus diberi kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mencari dan menemukan sendiri informasi-informasi yang ada
di dalam pembelajaran. Dengan cara demikian, siswa akan merasa lebih
bersemangat dalam belajar dan belajar menjadi pekerjaan yang tidak membosankan
bagi siswa.
h. pemecahan masalah.
Pembelajaran akan lebih terarah apabila
dimulai dengan permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Situasi yang
menghendaki siswa harus memecahkan masalah ini akan mendorong siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara maksimal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar