Senin, 04 Januari 2016

MAKALAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN


nama : Leni Nuraisyah 
Kelas : PGSD A

MAKALAH
PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
Untuk memenuhi Syarat Mata Kuliah Media Pembelajaran SD
Dosen Pengampu :Srikandi Octaviani, M.Pd



 








Disusun oleh kelompok 1 :
1. Tika Marlena                                   NPM (141350015)
2. Margareta Eka Tri Susanti         NPM(141350002)
3. Anggi Cahya Utari  NPM(141350042)
                             4. Ni Made Yuniarsih                    NPM (141350037)
                             5. Yuni Widia Astuti                     NPM (141350008)
                             6. Nindi Mustika Sari                     NPM (141350045)

Prodi                              : PGSD
Semester                        : III ( Tiga )




SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA METRO
TAHUN PELAJARAN 2015/2016


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan pekembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual, dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan internet. Salah satu bidang yang mendapat dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan,
Media pembelajaran adalah salah satu unsur yang memegang peranan penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar dapat membantu guru memperkaya wawasan siswa. Berbagai bentuk dan jenis media pembelajaran yang digunakan oleh guru akan menjadi sumber ilmu pengetahuan bagi siswa.
Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar-mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, dan rangsangan kegiatan belajar dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran. Untuk itulah maka kami mencoba membahas tentang pengembangan media pendidikan

1.2. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana pengembangan media pembelajaran ?
  2. Bagaimana peran Guru dalam media pembelajaran?
  3. Faktor apa saja yang mempengaruhi belajar?

1.3. Tujuan
  1. Untuk mengetahui dan memahami pengembangan media pembelajaran.
  2. Untuk mengetahui dan memahami peran guru dalam media pembelajaran.
  3. Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi belajar.
i
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.  Perkembangan Media Pembelajaran
Pada awal sejarah pendidikan, guru merupakan satu-satunya sumber untuk memperoleh pelajaran. Dalam perkembangan selanjutnya, sumber belajar itu kemudian bertambah dengan adanya buku. Pada masa itu kita mengenal tokoh bernama Johan Amos Comenius yang tercatat sebagai orang pertama yang menulis buku bergambar yang ditujukan untuk anak sekolah. Buku tersebut berjudul Orbis Sensualium Pictus (Dunia Tergambar) yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1657.
Penulisan buku itu dilandasi oleh suatu konsep dasar bahwa tidak ada sesuatu dalam akal pikiran manusia, tanpa terlebih dahulu melalui penginderaan. Dari sinilah para pendidik mulai menyadari perlunya sarana belajar yang dapat meberikan rangsangan dan pengalaman belajar secara menyeluruh bagi siswa melalui semua indera, terutama indera pandang – dengar.
Pada mulanya media hanya dianggap sebagai alat bantu mengajar (teaching aids). Alat bantu yang dipakai adalah alat bantu visual, misalnya model, objek dan alat-alat lain seperti foto, gambar/illustrasi, sketsa/gambar garis. Grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebihyang dapat memberikan pengalaman kongkrit, motivasi belajar serta mempertinggi daya serap dan dan daya ingat siswa dalam belajar.
Jadi, dengan masuknya pengaruh teknologi audio pada sekitar abad ke-20, alat visual untuk mengkongkritkan ajaran ini dilengkapi dengan alat audio sehingga kita kenal dengan audio visual atau audio visual aids (AVA), maka lahirlah peralatan audio visual pembelajaran. Usaha-usaha untuk membuat pelajaran abstrak menjadi lebih konkrit terus dilakukan. Dalam usaha itu, Edger Dale membuat klasifikasi 11 tingkatan pengalaman belajar yang paling konkrit sampai yang paling abstrak. Klasifikasi tersebut kemudian dikenal dengan nama “Kerucut Pengalaman” ( Cone of Experience ) dari Edger Dale, para pendidik sangat terpikat dengan Kerucut Pengalaman itu, sehingga pendapat Dale tersebut banyak dianut dalam pemilihan jenis media yang paling sesuai untuk memberikan pengalaman belajar tertentu pada siswa.



1
Verbal
Simbol
Visual
Radio
Film
Tv
Wisata
Demonstrasi
Partisipasi
Obsevasi
Pengalaman langsung
Kerucut Pengalaman

Pada akhir tahun 1950 teori komunikasi mulai mempengaruhi penggunaan alat bantu audio visual, yang berguna sebagai penyalur pesan dari sumber pesan sampai kepada penerima pesan. Begitupun dalam dunia pendidikan, alat audio visual bukan hanya dipandang sebagai alat bantu guru saja, melainkan juga berfungsi sebagai penyalur pesan belajar. Sayangnya, waktu itu faktor siswa, yang merupakan komponen utama dalam pembelajaran belum mendapat perhatian khusus dalam dunia pendidikan .  
Pada tahun 1960 para ahli mulai memperhatikan siswa sebagai komponen utama dlam kegiatan pembelajaran. Pada saat itu teori tingkah-laku (behaviorism theory) dari B.F Skinner mulai mempengaruhi penggunaan media dalam pembelajaran. Teori ini telah mendorong diciptakannya media yang dapat mengubah tingkah laku siswa sebagai hasil proses pembelajaran. Produk media pembelajaran yang terkenal sebagai hasil teori ini adalah diciptakannya teaching machine (mesin pengajaran) dan programmed instruction (pembelajaran terprogram.
Pada tahun 1965-1970 pendekatan system (system approach) mulai menampakkan pengaruhnya dalam kegiatan pendidikan dan kegiatan pembelajaran. Pendekatan sistem ini mendorong digunakannya media sebagai bagian integral dalam proses pembelajaran. Setiap program pembelajaran.


2
Media, yang tidak lagi hanya dipandang sebagai alat bantu guru, melainkan telah diberi wewenang untuk membawa pesan belajar, hendaklah merupakan bagian integral dari kegiatan belajar mengajar yang direncanakan secara sistematis dengan memusatkan perhatian pada siswa.Dengan demikian, kalau saat ini mendengar kata media, hendaklah kata tersebut diartikan dalam pengertiannya yang terakhir, yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan belajar ( siswa ). Sebagai penyaji dan penyalur pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu, bisa mewakili guru menyajikan informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media meskipun tanpa adanya guru.
Peranan media yang semakin meningkat ini sering menimbulkan kekhawatiran bagi guru. Namun sebenarnya hal itu tak perlu terjadi, seandainya kita menyadari betapa masih banyak dan beratnya peran guru yang lain. Memberikan perhatian dan bimbingan secara individu kepada siswa, merupakan tugas penting guru yang terkadang kurang mendapat perhatian. Hal ini mungkin karena waktu yang ada telah banyak tersita untuk tugas menyajikan materi pembelajaran. Kondisi semacam ini akan terus terjadi selama guru masih menganggap bahwa dirinya merupakan sumber utama (apalagi satu-satunya sumber) bagi siswa. Padahal, jika guru bia memanfaatkan berbagai media pembelajaran secara baik, maka guru dapat berbagi peran dalam media. Percayakanlah sebagian peran kita kepada media pembelajaran. Tanggung jawab utama manajer pembelajaran adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar. Proses kegiatan akan terjadi jika siswa dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar. Untuk itu guru bisa lebih banyak menggunakan waktunya untuk menjalankan fungsinya sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan fasilitator dalam kegiatan belajar.

2.2. Pengertian Guru Dan Media Pembelajaran

            Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para siswa dan lingkungannnya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas peribadi, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, dan disiplin. Berkenaan dengan wibawa guru harus memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai spiritual, emosiaonal, moral, social, intelektual dalam peribadinya. Serta memiliki kelebihan dan pemahaman ilmu pengetahuan, teknologi sesuai dengan bidangyangdikembangkan.
3

            Sedangkan disiplin ilmu dimaksudkan bahwa guru harus mematuhi berbagai peraturan dan tata tertip secara konsisten, atas kesadaran professional. Karena mereka bertugas untuk mendisiplinkan peserta didik didalam sekolah, terutama dalam pembelajaran. Oleh karena itu, menanamkan disiplin harus dimulai dari dirinya sendiri, dalam berbagai tindakan dan perilaku.

            Media pembelajaran secara umum adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran atau pelatihan.

            Sedangkan menurut Briggs (1977) media pembelajaran adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi atau materi pembelajaran seperti: buku, film, video dan sebagainya. Kemudian menurut National Education Associaton(1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.

2.4.  Peran Guru Dalam Media Pembelajaran
Guru sngat berperan dalam media pembelajaran, peran guru dalam media pembelajaran sebagai berikut :
A. Peran Guru Sebagai Mediator

            Sebagai mediator guru hendaknya menciptakan kualitas lingkungan yang interaktif secara maksimal, mengatur arus kegiatan siswa, menampung semua persoalan yang diajukan siswa dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada siswa yang lain untuk dijawab dan dipecahkan, lalu guru bersama siswa menarik kesimpulan atas jawaban masalah sebagai hasil belajar. Untuk itu guru harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi.

            Sebagai mediator guru hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih mengefektifkan proses belajar-mengajar. Dengan demikian pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Tujuannya agar guru dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang interaktif.
4
Dalam hal ini ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru, yaitu:
a.    Mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik.
b.    Mengembangkan gaya interaksi pribadi.
c.    Menumbuhkan hubungan yang positif dengan para siswa.

B.    Peran Guru Sebagai Fasilitator

    Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk
kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan
non formal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih menekankanpada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam
lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saatmelaksanakan interaksi belajar mengajar. Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa “sebagai
fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan
proses pembelajaran.”
            Peran guru sebagai fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola hubungan guru-siswa, yang semula lebih bersifat “top-down” ke hubungan kemitraan. Dalam hubungan yang bersifat “top-down”, guru seringkali diposisikan sebagai “atasan” yang cenderung bersifat otoriter, sarat komando, instruksi bergaya birokrat, bahkan pawang, sebagaimana disinyalir oleh Y.B. Mangunwijaya (Sindhunata, 2001). Sementara, siswa lebih diposisikan sebagai “bawahan” yang harus selalu patuh mengikuti instruksi dan segala sesuatu yang dikehendaki oleh guru.

              Sedangkan hubungan kemitraan antara guru dengan siswa, guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswa dengan suasana belajar yang demokratis dan menyenangkan. Oleh karena itu, agar guru dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator sebaiknya guru dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan kemitraan, yaitu bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila:
a.    Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran.
b.    Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).

c.    Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan
dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.


5

d.    Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-
pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.

e.    Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun sebaliknya.

Di samping itu, guru sebaiknya dapat memperhatikan karakteristik-karakteristik siswa yang akan menentukan keberhasilan belajar siswa, diantaranya:
a.    Setiap siswa memiliki pengalaman dan potensi belajar yang berbeda-beda.
b.    Setiap siswa memiliki tendensi untuk menentukan kehidupannnya sendiri.
c.    Siswa lebih memberikan perhatian pada hal-hal menarik baginya dan menjadi
kebutuhannnya.
d.    Apabila diminta menilai kemampuan diri sendiri, biasanya cenderung akan
menilai lebih rendah dari kemampuan sebenarnya.

e.    Siswa lebih menyenangi hal-hal yang bersifat kongkrit dan praktis.

f.    Siswa lebih suka menerima saran-saran dari pada diceramahi.

g.    Siswa lebih menyukai pemberian penghargaan (reward) dari pada hukuman
(punishment).

 Selain dapat memenuhi prinsip-prinsip belajar dan memperhatikan karakteristik
individual, guru juga dapat memperhatikan asas-asas pembelajaran sebagai berikut:

a.    Kemitraan, siswa tidak dianggap sebagai bawahan melainkan diperlakukan
sebagai mitra kerja.
b.    Pengalaman nyata, materi pembelajaran disesuaikan dengan pengalaman dan
situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari siswa.
c.    Kebersamaan, pembelajaran dilaksanakan melalui kelompok dan kolaboratif.
d.    Partisipasi, setiap siswa dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan sehingga
mereka merasa bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan tersebut, sekaligus
juga bertanggung jawab atas setiap kegiatan belajar yang dilaksanakannya.
e.    Keswadayaan, mendorong tumbuhnya swadaya (self supporting) secara optimal
atas setiap aktivitas belajar yang dilaksanakan.
f.    Manfaat, materi pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan dan dapat
memberikan manfaat untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa
pada masa sekarang mau pun yang akan datang.
                                                                         6
g.    Lokalitas, materi pembelajaran dikemas dalam bentuk yang paling sesuai dengan
potensi dan permasalahan di wilayah (lingkungan) tertentu (locally specific), yang
mungkin akan berbeda satu tempat dengan tempat lainnya.

 Pada bagian lain, Wina Senjaya (2008) mengemukakan bahwa, “agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai fasilitator, maka guru perlu memahami hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar”. Sudah jelas bahwa untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator, guru mutlak perlu menyediakan sumber dan media belajar yang cocok dan beragam dalam setiap kegiatan pembelajaran, dan tidak menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar bagi para siswa. Terkait dengan sikap dan perilaku guru sebagai fasilitator, di bawah ini dikemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan guru agar dapat menjadi seorang fasilitator yang sukses:

a.    Mendengarkan dan tidak mendominasi, karena siswa merupakan pelaku utama
dalam pembelajaran, maka sebagai fasilitator guru harus memberi kesempatan
agar siswa dapat aktif. Upaya pengalihan peran dari fasilitator kepada siswa bisa
dilakukan sedikit demi sedikit.
b.      Bersikap sabar, aspek utama pembelajaran adalah proses belajar yang dilakukan
oleh siswa itu sendiri. Jika guru kurang sabar melihat proses yang kurang lancar lalumengambil alih proses itu, maka hal ini sama dengan guru telah merampakesempatanbelajar siswa.
c.        Menghargai dan rendah hati, guru berupaya menghargai siswa dengan menunjukanminat yang sungguh-sungguh pada pengetahuan dan pengalaman mereka
d.      Mau belajar, seorang guru tidak akan dapat bekerja sama dengan siswa apabila dia tidak ingin memahami atau belajar tentang mereka.

e.   Bersikap sederajat, guru perlu mengembangkan sikap kesederajatan agar bisa
diterima sebagai teman atau mitra kerja oleh siswanya.

f.    Bersikap akrab dan melebur, hubungan dengan siswa sebaiknya dilakukan dalam
suasana akrab, santai, bersifat dari hati ke hati (interpersonal realtionship),
sehingga siswa tidak merasa kaku dan sungkan dalam berhubungan dengan guru.


7

g.    Tidak berusaha menceramahi, siswa memiliki pengalaman, pendirian, dan
keyakinan tersendiri. Oleh karena itu, guru tidak perlu menunjukkan diri sebagai
orang yang serba tahu, tetapi berusaha untuk saling berbagi pengalaman dengan
siswanya,sehingga diperoleh pemahaman yang kaya diantara keduanya.

h.    Berwibawa, meskipun pembelajaran harus berlangsung dalam suasana yang
akrab dansantai, seorang fasilitator sebaiknya tetap dapat menunjukan
kesungguhan di dalam bekerja dengan siswanya, sehingga siswa akan tetap
menghargainya.

i.    Tidak memihak dan mengkritik, di tengah kelompok siswa seringkali terjadi
pertentangan pendapat. Dalam hal ini, diupayakan guru bersikap netral dan
berusahamemfasilitasi komunikasi di antara pihak-pihak yang berbeda
pendapat, untuk mencari kesepakatan dan jalan keluarnya.
j.     Bersikap terbuka, biasanya siswa akan lebih terbuka apabila telah tumbuh
kepercayaan kepada guru yang bersangkutan. Oleh karena itu, guru jangan segan
untuk berterus terang bila merasa kurang mengetahui sesuatu, agar siswa
memahami bahwa semua orang selalu masih perlu belajar.

k.    Bersikap positif, guru mengajak siswa untuk mamahami keadaan dirinya dengan
menonjolkan potensi-potensi yang ada, bukan sebaliknya mengeluhkan
keburukan-keburukannya. Perlu diingat, potensi terbesar setiap siswa adalah
kemauan darimanusianya sendiri untuk merubah keadaan.

Selain itu, sebagai fasilitator guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar yang berguna serta dapat menunjang pencapaian tujuan pembelajaran, baik yang berupa nara sumber, buku teks, majalah, maupun surat kabar. Guru juga harus memberikan fasilitas dan kemudahan dalam proses pembelajaran, misalnya dengan menciptakan suasana kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa sehingga interaksi edukatif akan berlangsung secara efektif.

            Perbedaan fungsi guru sebagai fasilitator dan sebagai pengarah terletak baik dalam orientasi maupun dalam perilaku. Seorang pengarah berdiri di depan anak dan menekankan tujuan, keinginan, dan kebutuhannya kepada anak.

8
Sedangkan seorang fasilitator berada di belakang anak, membimbing mereka untuk mencapai tujuan, keinginan dan kebutuhannya. Pengarah memberikan tugas, menentukan persyaratan, dan menilai hasil belajar. Sedangkan seorang fasilitator membantu anak dalam belajar mandiri, dalam menentukan tujuan sendiri, dan dalam memberi umpan balik terhadap penilaian diri.

   
        Seorang guru dapat mencari keseimbangan antara perannya untuk berada di depan anak, di belakang anak, atau di samping diantara anak-anak, sesuai dengan ciri khas (karakteristik anak). Untuk anak berbakat sebaiknya seorang guru lebih banyak berada dibelakang anak daripada di depan anak. Jadi, dalam perannya sebagai fasilitator seorang guru harus:

a.    Mendorong belajar mandiri sebanyak mungkin.
b.    Dapat menerima gagasan-gagasan dari semua siswa.
c.    Memupuk siswa untuk memberikan kritik secara konstruktif dan
untukmemberikan penilaian diri sendiri.
d.    Berusaha menghindari pemberian hukuman atau celaan terhadap ide-ide yang
tidak biasa.
e.    Dapat menerima perbedaan menurut waktu dan kecepatan antar siswa dalam
kemampuan memikirkan ide-ide baru.

2.5. Fungsi Mediator dan Fasilitator Dalam Media Pembelajaran

            Seorang pengajar atau guru berperan sebagai mediator dan fasilitator yang membantu agar proses belajar siswa berjalan dengan baik. Tekanan ada pada siswa yang belajar dan bukan pada disiplin atau pun guru yang mengajar. Fungsi mediator dan fasilitator dapat dijabarkan dalam beberapa tugas sebagai berikut:

a.    Menyediakan pengalaman belajar yang memungkinkan siswa bertanggung jawab
dalam membuat rancangan, proses, dan penelitian. Karena itu, jelas memberi
kuliah atau ceramah bukanlah tugas utama seorang guru.
b.    Menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingin
tahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasan dan
mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.

9
 Menyediakan sarana yang merangsang siswa berpikir secara produktif.
Menyediakan kesempatan dan mengalaman yang
paling mendukung proses belajar siswa.
c.    Memonitor, mengevaluasi, dan menunjukkan apakah pemikiran siswa jalan atau
tidak. Dan guru membantu mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan siswa.
   
Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan optimal, diperlukan beberapa kegiatan yang
perlu dikerjakan dan juga beberapa pemikiran yang perlu disadari oleh pengajar, yaitu:

a.    Guru perlu banyak berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah
mereka ketahui dan pikirkan.
b.    Guru perlu mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai denga kebutuhan
siswa, dengan cara berpartisipasi sebagai siswa juga ditengah pelajar.
c.    Guru perlu mempunyai pemikiran yang fleksibel untuk dapat mengerti dan
menghargai pemikiran siswa.
d.    Guru perlu belajar mengerti cara berpikir mereka sehingga dapat membantu
memodifikasi dan membantu mengaktifkan siswa untuk berfikir.
e.    Guru perlu melihat kesalahan sebagai suatu sumber informasi tentang penalaran
dan sifat semata anak.

Julyan dan Duckworth merangkum hal-hal yang penting dikerjakan oleh seorang guru konstruktiv, yaitu guru perlu :

a.    Mendengarkan secara sungguh-sungguh interprestasi siswa terhadap data yang
ditemukan sambil menaruh perhatian khusus kepada keraguan, kesulitan, dan
kebingungan setiap siswa.
b.    Memperhatikan perbedaan pendapat dalam kelas.
c.    Memberikan penghargaan kepada setiap siswa.

2.6.  Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal  Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar, yaitu :
10
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu, diantaranya :
a.         Kelemahan Secara Fisik, Seperti :
Adanya Suatu Susunan saraf yang tidak berkembang secara sempurna, sehingga sering mengakibatkan terjadinya gangguan emosional, Adanya penyakit menahun yang dapat menghambat usaha-usaha belajat secara optimal.Bila seorang siswa matanya juling sebelah atau kakinya pincang tentunya kenyataan ini akan mengakibatkan timbulnya rasa rendah diri pada siswa tersebut karna sering menjadi bahan tertwaan teman-temannya. Akibatnya ia tidak dapat menerima pelajaran dengan baik karena perasaan selalu tersinggung.
b.         Kelemahan-kelemahan secara mental.
Kelemahan-kelemahan secara mentar ini Baik kelemahan yang dibawa sejak lahir maupun karena pengalaman, yang sukar diatasi oleh individu yang bersangkutan, seperti :
Kelemahan mental, artinya taraf kecerdasan (intelegensi) nya memang kurang.
Kurang bakat dan minat,bimbang,kurang usaha,aktivitas yang tidak terarah, kurang
semangat, kurang gizi, kurang menguasai keterampilan dan kebiasaan fundamental dalam
belajar.
Bila didalam kelas terdapat siswa yang memiliki kemampuan kurang dari kemampuan rata-rata siswa lain (IQ rendah), maka ia harus ditangani secara kusus, karena bagaimanapun cara guru mengajar dalam bentuk klasikal, siswa tersebut tetap saja tidak mampu menyerapnya.
c.         Kelemahan-kelemahan emosional, seperti:
Adanya rasa tidak aman, Tecekam oleh rasa fobia ( takut,benci,dan antipati),
Ketidakmatangan. Seorang siswa yang tidak menyenangi guru matematika, misalnya bisa saja memiliki hasil belajar yang jelek, apalagi bila kebencian tersebut juga menjalar pada pelajaran matematika yang dipegang oleh guru tersebut. Maka, bila masalah itu timbul, seseorang guru harus segera menyelidiki apakah kebencian itu ditimbulkan oleh sikap guru terhada siswa tersebut, atau memang siswa tersebut tidak mempunyai minat terhadap matematika, atau mungkin oleh hal-hal yang lain.
d.        Kelemahan yang disebabkan karena kebiasaan dan sikap yang salah, seperti :
1.      Banyak melakukan aktivitas yang bertentanga dan tidak menunjang kegiatan sekolagh, atau malas belajar.
11
2.      Kegagalan dalam usaha memusatkan perhatian.
3.      Sering bolos atau tidak mengikuti pelajaran
4.      Gugup
Bila ada seseoerang siswa sering membolos jam pelajaran tertentu, maka guru harus segera bertindak dan memecahkan masalahnya, serta menyelidiki faktor apa yang menyebabkan hal itu terjadi .
e.         Tidak memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan, seperti :
1.      Ketidakmampuan membaca (dyslexia), menulis (dysgraphia), berhitung (dyscalculia), dan kurang menguasai pengetahuan dasar untuk suatu bidang studi yang sedang diketahui.
2.      Memiliki kebiasaan belajar dan cara kerja yang salah.
Ketidakmampuan membaca belajar dan cara bekerja yang salah. Akan sangat mempengaruhi pelajaran berhitugnya, sehingga nilai bahasa dan nilai berhitungnya sangat jelek. Maka guru, harus segera membantu agar siswa tersebut tidak ketinggalan.

B. Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
A.     Lingkungan Sosial 
a.         Lingkungan sosial masyarakat

 Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
b.Lingkungan sosial keluarga
 Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
12
Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
c.Lingkungan sosial sekolah

Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses
belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi
motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
Maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat
yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai

denganbakatnya.
B.  Lingkungan Nonsosial
a.       Lingkungan alamiah

                          Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang
tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitasbelajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.

b.      Faktor instrumental

                         Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan lain sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.




13
BAB III
PENUTUP

3.1Kesimpulan
            Media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan pebelajar  sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran atau pelatihan oleh guru.
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para siswa dan lingkungannnya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas peribadi, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, dan disiplin.Guru sngat berperan dalam media pembelajaran, peran guru dalam media pembelajaran yaitu sebagai Sebagai Mediator
Dan Sebagai Fasilitator.
3.2.   Saran
Sebagai penyusun saya merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini.Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca.












14
Daftar Pustaka
Mukhtar,dkk.2008.Teori dan Penerapannya dalam pembelajaran. Jakarta13790: PT Nimas
Multimia
Rahadi Aristo. 2003. Media pembelajaran . Jakarta: Direktorat tenaga kependidikan Dasar
Dan Menengah. Bagian Proyek Peningkatan Guru Lampung
Eis blogspot. tanggal 14-10-2015. 14 : 24. Array Net Jl.Raya Kotagajah

Sumiari, Asra. 2012. Metode Pembelajaran. Bandung. CV Wacana Prima






















15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar